TUGAS SISTEM POLITIK DAN PEMILU DIINDONESIA
AMRANSYAH M. SATALI
B 401 08 137
ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS TADULAKO
1.
Apa yang anda ketahui tentang Partai politik dan pemilu
?
parpol
adalah sebuah organisasi yang menjalani ideology tertentu atau di bentuk dengan
tujuan khusus. Defenisi lainnya adalah sebuah kelompok yang terorganisisir yang
anggotanya memiliki orientasi, cita-cita, nilai-nilai yang sama.
Pemilu
adalah suatu proses memilih orang-orang untuk
mengisi
jabatan-jabatan politik tertentu, misalkan presiden sampai jajaran paling bawah yaitu kepela desa.
jabatan-jabatan politik tertentu, misalkan presiden sampai jajaran paling bawah yaitu kepela desa.
2.
Apa Peran partai politik ?
Peran parpol
dalam bernegara sangatlah berperan apa lagi dalam Negara yang system
pemerintahannya demokrasi misalkan Sistem politik Indonesia telah menempatkan
Partai Politik sebagai pilar utama penyangga demokrasi. Artinya, tak ada
demokrasi tanpa Partai Politik. Karena begitu pentingnya peran Partai Politik,
maka sudah selayaknya jika diperlukan sebuah peraturan perundang-undangan
mengenai Partai Politik. Peraturan perundang-undangan ini diharapkan mampu
menjamin pertumbuhan Partai Politik yang baik, sehat, efektif dan fungsional.
Dengan
kondisi Partai Politik yang sehat dan fungsional, maka memungkinkan untuk
melaksanakan rekrutmen pemimpin atau proses pengkaderan, pendidikan politik dan
kontrol sosial yang sehat. Dengan Partai Politik pula, konflik dan konsensus
dapat tercapai guna mendewasakan masyarakat. Konflik yang tercipta tidak lantas
dijadikan alasan untuk memecah belah partai, tapi konflik yang timbul dicarikan
konsensus guna menciptakan partai yang sehat dan fungsional.
Pentingnya
keberadaan Partai Politik dalam menumbuhkan demokrasi harus dicerminkan dalam
peraturan perundang-undangan. Seperti diketahui hanya Partai Politik yang
berhak mengajukan calon dalam Pemilihan Umum. Makna dari ini semua adalah,
bahwa proses politik dalam Pemilihan Umum (Pemilu), jangan sampai mengebiri
atau bahkan menghilangkan peran dan eksistensi Partai Politik. Kalaupun saat
ini masyarakat mempunyai penilaian negatif terhadap Partai Politik, bukan
berarti lantas menghilangkan eksistensi partai dalam sistem ketatanegaraan.
Semua yang terjadi sekarang hanyalah bagian dari proses demokrasi.
3. Kedudukan
parpol ?
Dalam kedudukannya
sebagai pilar demokrasi, peran partai politik dalam sistem perpolitikan
nasional merupakan wadah seleksi kepemimpinan nasional dan kepemimpinan daerah.
Pengalaman dalam rangkaian penyelenggaraan seleksi kepemimpinan nasional dan
kepemimpinan daerah melalui Pemilu membuktikan keberhasilan partai politik
sebagai pilar demokrasi.
Dengan demikian Kedudukan partai
politik sebuah Negara yang demokrasi berada pada posisi yang paling atas karena
yang mengisi jabatan-jabatan dalam pemerintahan adalah orang-orang yang ada
dalam partai politikm, misalkan presiden, MPR, DPR, gubernur, walikota dan
Bupati, bukan Cuma itu saja kedudukan partai politik dalam pembangunan bisa
menjembatani kepentingan infra strukur dengan supra struktur politik. Kehidupan
demokrasi akan berjalan baik bila parpol mampu mengerahkan potensi masyarakat
dalam melaksanakan proses pembangunan.
4. Mengapa
partai politik sangat penting ?
Dinamika dan
perkembangan masyarakat yang majemuk menuntut peningkatan peran, fungsi, dan
tanggung jawab organisasi politik (parpol) dalam kehidupan demokrasi secara
konstitusional sebagai sarana partisipasi politik masyarakat dalam upaya
mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia. Peran organisasi politik dalam
masyarakat, antara lain:
memberikan peluang kepada masyarakat untuk
bersikap kritis, agar dapat mengontrol sepak terjang partai politik untuk lebih
mempertajam fungsinya sebagai wadah saluran aspirasi politik rakyat.
Semua partai
politik pada dasarnya merupakan aset negara, bangsa dan masyarakat sehingga
mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat. Oleh karena itu, segala produk
hukum dan peraturan perudangan yang mengangkat partai politik, harus diwarnai
dan dijiwai dengan semangat menciptakan kondisi yang kondusif bagi persaingan
yang sehat diantara partai politik. Dengan demikian, hanya partai politik yang
berkualitas, kapabel, dan kredibel dihadapan mata rakyatlah yang akan tumbuh
dan berkembang sebagai kekuatan politik yang dominan. Sementara partai politik
yang tidak kapabel dan tidak kredibel dalam memperjuangkan kepentingan rakyat
banyak akan surut dengan sendirinya. Jadi tidak ada rekayasa untuk
mempertahankan atau mematikan partai politik atas dasar sesuatu yang di luar
kepentingan rakyat banyak.
Melihat
peran, fungsi dan tanggung jawab diatas maka Dengan demikian partai politik
sangatlah penting dalam Negara bernegara.
5.
Fungsi partai politik ?
a) Fungsi representasi
Representasi
kadang dilihat sebagai fungsi utama sebuah partai politik. Representasi
menunjukkan kapasitas partai untuk merespon dan mengartikulasikan
pandangan-pandangan baik pandangan para anggota maupun para pemilihnya. Dalam
bahasa teori sistem, partai politik adalah alat “pemasok” utama yang memastikan
bahwa pemerintah akan melaksanakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat luas.
Jelasnya,
ini adalah fungsi untuk dilaksanakan sebaik-baiknya di dalam suatu sistem
terbuka dan kompetitif yang memaksa partai untuk merespon pilihan-pilihan
rakyat. Teoritisi Pilihan-rasional, semisal Anthony Downs (1957) menjelaskan
proses ini dengan menyarankan bahwa pasar politik paralel dengan pasar ekonomi,
di dalam mana para politisi bertindak yang intinya sebagai wiraswastawan yang
memburu suara, berarti bahwa partai bertindak seperti berbisnis.
Kekuasaan,
dengan demikian, utamanya terletak pada konsumennya, yakni para pemilih. Tetapi
“model ekonomi” ini mendapatkan kritikan dengan dasar bahwa partai itu tidak
semata-mata mencari suara tetapi juga “membentuk” atau memobilisasi pendapat
umum sebagaimana dia meresponnya, dan bahwa citra para pemilih sebagai orang
yang sangat tahu, rasional, dan seperti konsumen yang berorientasi masalah
(isu) patut dipertanyakan, dan bahwa bentangan pilihan para pemilih (atau
elektorat) seringkali sempit.
b) Pembentukan elit dan rekrutmen
Partai-partai
politik dalam semua jenisnya bertanggung jawab menyediakan bagi negara para
pemimpin politiknya. Salah satu kekecualian yang jarang ada dalam aturan ini
adalah Jenderal de Gaulle, yang menawarkan dirinya untuk memimpin Prancis tahun
1944 sebagai seorang “juru selamat” yang berada di atas semua perbedaan
partai-partai. Partai seperti Union for the New Republic (UNR) adalah
ciptaannya.
Lebih lazim
lagi, politisi mendapatkan jabatan dengan memanfaatkan kedudukan di partainya;
kontestan dalam pemilihan presiden biasanya pemimpin puncak partai, sementara
di dalam sistem parlementer pemimpin partai terbesar di majelis biasanya
menjadi perdana menteri. Kabinet dan pos-pos kementerian lainnya biasanya diisi
oleh figur-figur senior partai, meskipun kekecualian dapat ditemukan di dalam
sistem presidensial di Amerika Serikat yang dapat menunjuk menteri-menteri dari
tokoh-tokoh non-partai.
Di sebagian
besar kasus, partai-partai dengan demikian menyediakan basis pelatihan dan
pengalaman politik bagi para politisi, melengkapi mereka dengan ketrampilan,
pengetahuan, dan pengalaman, dan menawari mereka sejumlah bentuk struktur
karir, kecuali orang yang hanya mengharapkan keberuntungan dari partai. Di sisi
lain, monopoli partai di dalam pemerintahan mendapatkan kritikan karena para
pemimpin politiknya diambil dari tempat yang sangat sempit: tokoh-tokoh senior
partai besar. Tetapi, di Amerika Serikat sifat monopoli itu sangat berkurang
karena adanya penggunaan luas dari pemilihan di tingat primary, yang mengurangi
kendali partai dalam menyeleksi dan menominasikan kandidatnya.
c) Perumusan tujuan
Partai-partai
politik secara tradisional merupakan cara melalui mana masyarakat menata
tujuan-tujuan kolektif dan, di beberapa kasus, memastikan bahwa hal itu
dilaksanakan. Partai-partai memainkan peran ini sebab di dalam proses
pemerolehan kekuasaan, mereka merumuskan program pemerintah (melalui
konperensi, konvensi, manifesto pemilihan umum, dan sebagainya) dengan suatu
pandangan untuk menarik dukungan rakyat.
Hal ini
bukan berarti bahwa partai politik adalah satu-satunya sumber inisiatif
kebijakan, tetapi partai politik juga berperan mendorong rakyat untuk
merumuskan tatanan koheren dari pilihan-pilihan kebijakan yang akan memberi
para pemilih suatu pilihan terbaik yang realistik dan tujuan yang dapat
dicapai.
Fungsi ini
secara sangat jelas dibawakan oleh partai dalam sistem parlementer yang dapat
mengklaim membawa amanat untuk melaksanakan kebijakannya jika terpilih untuk
berkuasa. Tetapi hal itu juga bisa terjadi di dalam siste presidensial yang
biasanya partai-partai non-program semisal dalam kasus partai Republik di
Amerika Serikat yang menyerukan “kontrak dengan Amerika!” dalam pemilihan
Kongres tahun 1994.
Namun
demikian, tendensi de-ideologisasi partai catch-all dan fakta bahwa kampanye
pemilihan umum semakin menekankan pada figur dan citra kandidat ketimbang
kebijakan dan isu, telah secara umum mereduksi peran partai-partai sebagai
perumus kebijakan. Lebih-lebih, program partai biasanya juga mengalami
modifikasi oleh adanya tekanan dari rakyat sipil dan kelompok kepentingan, dan
juga keadaan domestik dan internasional. Implementasi kebijakan, di sisi lain,
biasanya lebih dilaksanakan oleh birokrasi ketimbang partai, kecuali di dalam
sistem ekapartai (partai tunggal) seperti di negara-negara komunis ortodoks, di
mana partai “berkuasa” mengawasi aparatur negara pada level mana pun.
d) Artikulasi dan agregasi kepentingan
Dalam
proses pengembangan tujuan-tujuan kolektif, partai-partai juga membantu mengartikulasikan
dan mengagregasikan berbagai kepentingan masyarakat. Memang, partai sering
berkembang sebagai kendaraan melalui mana kelompok-kelompok bisnis, buruh,
agama, etnik, atau kelompok lainnya, memperluas atau mempertahankan beragam
kepentingannya.
Contohnya,
Partai Buruh di Inggris, diciptakan oleh gerakan serikat dagang untuk tujuan
mendapatkan representasi politik klas pekerja. Partai lain secara efektif
memiliki kemampuan untuk merekrut kepentingan dan kelompok tertentu untuk
memperluas basis pemilihnya, sebagaimana yang dilakukan partai-partai di
Amerika Serikat di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 kepada kelompok-kelompok
imigran.
Fakta bahwa
partai-partai nasional sedemikian mengartikulasikan tuntutan dari beragam
kekuatan memaksa partai-partai itu untuk mengagregasikan kepentingan ini dengan
membawanya ke dalam kesatuan kepentingan yang koheren dan menyeimbangkan
kepentingan-kepentingan yang berlawanan. Partai-partai konstitusional secara
jelas dipaksa untuk melakukan hal ini di bawah tekanan kompetisi pemilihan
umum, tetapi bahkan partai-partai monopolistik pun mengartikulasikan dan
mengagregasikan kepentingan melalui hubungan dekatnya dengan negara dan
ekonomi, khususnya di dalam sistem ekonomi yang terencana secara terpusat.
Tetapi,
bahkan di dalam sistem partai kompetitif pun tidak semua kepentingan
diartikulasikan dan apalagi diagregasikan. Kelompok-kelompok kecil, yang
relatif miskin dan secara politik tak terorganisir menjadi sangat rentan untuk
dikucilkan dari proses artikulasi kepentingan.
e) Sosialisasi dan mobilisasi
Melalui
debat dan diskusi internal, dan juga berkampanye serta berkompetisi dalam
pemilihan umum, partai-partai menjadi agen penting pendidikan dan sosialisasi
politik. Isu-isu yang dipilih oleh partai untuk memusatkan perhatian pada
agenda politik tertentu, dan tata nilai serta sikap yang ditunjukkannya menjadi
bagian dari budaya politik yang lebih luas. Dalam kasus partai monopolistik,
propaganda ideologi “resmi” (misal, Marxisme-Leninisme, Sosialisme Nasional,
atau seadar gagasan-gagasan pemimpin karismatik) secara sadar diakui sebagai
fungsi yang sentral, jika bukan fungsi utama.
Partai-partai
utama dalam sistem kompetitif memainkan peran yang tak kalah pentingnya dalam
mendorong kelompok-kelompok untuk bermain dalam koridor aturan main demokrasi,
dengan demikian mengerahkan dukungan bagi rezim itu sendiri. Contohnya,
kebangkitan partai-partai sosialis di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20
merupakan cara yang penting untuk mengintegrasikan klas pekerja ke dalam
masyarakat industri.
Namun
demikian, kapasitas partai untuk mobilisasi dan sosialisasi kemudian diragukan
karena terdapat bukti-bukti di banyak negara adanya para partisan yang keluar
dari partai dan semakin tidak menariknya partai-partai pro-sistem konvensional.
Masalah yag disandang oleh partai-partai adalah, sampai batas tertentu, mereka
sendiri korup, sehingga membuatnya kurang efektif dalam meraih simpati dan
gagal menarik perhatian dan perasaan para partisan.
f) Pengorganisasian pemerintah
Sering
dilontarkan pendapat yang menyatakan bahwa dalam masyarakat modern yang rumit
akan menjadi nirpemerintahan apabila tidak ada partai politik. Pada awalnya
partai membantu pembentukan pemerintahan, di dalam sistem parlementer sampai
dengan yang dapat disebut sebagai “pemerintahan oleh partai.”
Partai juga
memberi pemerintah sebentuk stabilitas dan keberlangsungan, khususnya jika
anggota pemerintahan itu diambil dari satu partai dan dengan demikian
dipersatukan oleh simpati dan keterikatan bersama. Bahkan jika pemerintah itu
dibentuk dari suatu koalisi partai-partai itupun akan membantu persatuan dan
persetujuan dari pihak-pihak yang masing-masing berbeda prioritasnya.
Lebih jauh
lagi, partai-partai memberi fasilitas bagi kerja sama antara dua cabang utama
pemerintahan, yakni majelis (dewan) dan eksekutif. Dalam sistem parlementer,
hal ini secara efektif dijamin oleh fakta bahwa pemerintah dibentuk dari partai
atau partai-partai yang memiliki kursi mayoritas di majelis (dewan). Tetapi
bahkan di dalam sistem presidensial pun, kepala eksekutif dapat memberikan
sebentuk pengaruh, jika bukan kendali, melalui daya tarik kebersatuan partai.
Akhirnya,
partai-partai menyediakan, setidaknya di dalam sistem yang kompetitif, sumber
vital dari oposisi dan kritik, baik di dalam maupun di luar pemerintah. Dan
juga dengan memperluas debat politik dan mendidik para pemilih, hal ini
membantu memastikan bahwa kebijakan pemerintah akan lebih dapat diawasi dengan
baik dan dengan demikian dapat dilaksanakan dengan baik pula.
0 komentar:
Posting Komentar
BERKOMENTARLAH MENGUNAKAN KATA-KATA YANG BAIK