Di Banggai kepulauan juga terdapat
rumah Keraton yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan dan
merupakan peninggalan Raja Banggai
yang kondisinya kini
masih terpelihara dengan baik. Lokasi keraton terdapat di tengah kota Banggai,
ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan dimana di dalamnya terdapat keris kerajaan,
payung kerajaan, alat musik kulintang dan pakaian kebesaran raja lainnya. Jarak tempuh melalui
jalur transportasi darat menuju obyek
wisata budaya tersebut
berada pada kisaran 72 kilometer dari
Luwuk.
Kerajaan Banggai diperkirakan berdiri pada abad ke 13, tahun Saka 1478 atau tahun 1365 Masehi. Sejarah berdirinya kerajaan ini secara artifaktual meninggalkan bukti keterkaitannya
dengan kerajaan lain seperti Kesultanan
Ternate di Maluku Utara. Bukti ketekaitan yang dimaksud tampak pada konstruksi bangunan keraton Raja Banggai yang memiliki
kemiripan dengan bentuk bangunan keratin Raja Tidore dan keratin Raja Ternate
sebagai wujud hubungan historis ketiga kerajaan tersebut.
Sejak jaman duku kala Kerajaan Banggai dikenal luas sebagai salah satu kerajaan
yang telah prinsip demokrasi dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan
kerajaan. Posisi jabatan sebagai raja ternyata tidak ditransmisikan
(diwariskan) secara turun temurun. Sehingga dalam prakteknya tidak dikenal istilah pangeran atau putra
mahkota yang
secara genealogis memiliki hak otoritas mewarisi tahta kerajaan.
Olehnya itu, siapa pun memiliki
peluang yang sama untuk menjadi raja
atas keputusan Basalo Sangkep yang berfungsi sebagai Majelis Permusyawaratan
Rakyat atau wakil rakyat. Suatu keunikan model kepemimpinan (politik dan kultural). Bagi
pengunjung yang memiliki pemahaman dan berminat untuk mendalami aspek historisitas
Banggai Kepulauan di masa lampaun akan memperoleh wawasn baru pada saat
mengunjungi situs bersejarah tersebut.
Secara simbolik-politik Banggai Kepulauan juga
memiliki bendera berwarna putih bersusun
13 yang merupakan warisan rumpun keramat Paisutobui. Sebuah isyarat
yang menunjukkan bahwa Banggai Kepulauan merupakan kerajaan dengan sistem
sistem pemerintahan yang otonom.
ini merupakan tempat
wisata yang selain memiliki nilai budaya lokasi disekeliling tempat wisata ini
sangat indah panoramnya karena berada di dataran ketingian. Dengan nilai-nilai
budaya yang terdapat dalam keraton ini memang
baik dikembangkan untuk menjadi tempat wisata tidak kala menariknya dengan tempat-tempat wisata didaerah lain.
Dengan keunikan yang dimiliki tempat ini maka dapat menarik perhatian kepada
masyarakat suku banggai karena ini adalah bentuk perjuangan kehidupan masa
lampau masyarakat adat banggai dan juga wisata asing yang ingin mengali atu
melakukan penelitian di tempat ini karena terdapat beberapa benda peningalan
kerajaan banggai pada masa lampau.
2 komentar:
"Olehnya itu, siapa pun memiliki peluang yang sama untuk menjadi raja atas keputusan Basalo Sangkep yang berfungsi sebagai Majelis Permusyawaratan Rakyat atau wakil rakyat".
Tapi kenapa kok Abu Kasim mesti repot" ke Jawa menyusul Adi Cokro untuk minta petunjuk siapa yang harus jadi Raja..???
Dari petunjuk Adi Cokro kemudian dilantiklah Maulana Prins Mandapar sebagai Raja Banggai (oleh karena doi anak si Adi Cokro)...
Hmmmmmmm.....
Bukannya Kerajaan Banggai Demokratis dan tidak mengenal putra mahkota..???
ini saya tambah
http://cooljalil.blogspot.com/2014_04_01_archive.html
Posting Komentar
BERKOMENTARLAH MENGUNAKAN KATA-KATA YANG BAIK